rss
email
twitter
facebook

Senin, 28 Juni 2010

Sinusitis - Pengobatan yang dapat dilakukan
















  • Saline nasal spray, yang Anda semprot ke hidung Anda beberapa kali sehari untuk membilas bagian hidung Anda.
  • Nasal corticosteroids. Semprot hidung ini membantu mencegah dan mengobati peradangan. Contohnya termasuk fluticasone (Flonase), budesonide (Rhinocort Aqua), triamsinolon (Nasacort AQ), mometasone (Nasonex) dan beclomethasone (Beconase).
  • Oral atau kortikosteroid disuntikkan. Obat-obat yang digunakan untuk meredakan peradangan dari sinusitis parah, terutama jika Anda juga memiliki polip hidung. Contohnya termasuk prednisone dan methylprednisolone. Oral corticosteroids dapat menyebabkan efek samping yang serius bila digunakan jangka panjang, jadi mereka hanya digunakan untuk mengobati gejala asma parah.
  • Dekongestan. Obat-obat ini tersedia dalam over-the-counter (OTC) dan resep cairan, tablet dan semprot hidung. Contoh dekongestan OTC oral termasuk Sudafed dan Actifed. Semprotan hidung termasuk phenylephrine (Neo-Synephrine) dan oxymetazoline (Afrin). Obat-obat ini umumnya hanya dilakukan untuk beberapa hari di sebagian besar, kalau mereka dapat menyebabkan kemacetan pengembalian yang lebih berat (kongesti rebound).
  • Lebih dari penghilang rasa sakit-the-counter seperti aspirin, asetaminofen (Tylenol, orang lain) atau ibuprofen (Advil, Motrin, orang lain). Karena resiko sindrom Reye's - penyakit berpotensi mengancam jiwa - tidak pernah memberikan aspirin kepada anak-anak.
  • Aspirin desensitisasi pengobatan, jika Anda memiliki reaksi terhadap aspirin yang menyebabkan sinusitis. Namun, perawatan ini dapat menyebabkan komplikasi yang serius seperti pendarahan usus atau serangan asma parah.

Antibiotik
Antibiotik kadang-kadang diperlukan untuk sinusitis jika Anda memiliki infeksi bakteri. Namun, sinusitis kronis biasanya disebabkan oleh sesuatu yang lain dari bakteri dan antibiotik tidak akan membantu.

Antibiotik digunakan untuk mengobati sinusitis kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri termasuk amoksisilin (Amoxil, Trimox, orang lain), doxycycline (Doryx, Monodox, orang lain) atau obat kombinasi trimetoprim-sulfametoksazol (Bactrim, Septra, orang lain). Jika infeksi tidak berkurang atau jika sinusitis datang kembali, dokter mungkin mencoba antibiotik yang berbeda.

Jika dokter Anda tidak meresepkan antibiotik, itu penting untuk mengambil seluruh kursus pengobatan. Secara umum, ini berarti Anda harus membawa mereka selama 10 sampai 14 hari atau lebih lama lagi - bahkan setelah gejala Anda menjadi lebih baik. Jika Anda berhenti mengambil mereka lebih awal, gejala Anda mungkin kembali.

Imunoterapi
Jika alergi berkontribusi sinusitis Anda, alergi tembakan (immunotherapy) yang membantu mengurangi reaksi tubuh terhadap alergen yang spesifik dapat membantu mengatasi kondisi tersebut.

Operasi
Dalam kasus yang terus menolak perawatan atau pengobatan, pembedahan sinus endoskopik dapat menjadi pilihan. Untuk prosedur ini, dokter menggunakan endoskopi, tabung tipis fleksibel dengan lampu terpasang, untuk mengeksplorasi bagian-bagian sinus Anda. Lalu, tergantung pada sumber obstruksi, dokter dapat menggunakan berbagai alat untuk menghapus jaringan atau mencukur lagi untuk polip yang menyebabkan hidung tersumbat. Memperbesar bukaan sempit sinus juga bisa menjadi pilihan untuk mempromosikan drainase.
untuk terapi di rumah

  • Istirahat yang cukup. Ini akan membantu tubuh Anda melawan infeksi dan pemulihan kecepatan.
  • Minum banyak cairan, seperti air atau jus. Ini akan membantu mencairkan sekresi mukosa dan meningkatkan drainase. Hindari minuman yang mengandung kafein atau alkohol, karena mereka bisa dehidrasi. Minum alkohol juga dapat memperburuk pembengkakan selaput sinus dan hidung.
  • Uap rongga sinus Anda. Menggantungkan handuk di kepala Anda saat Anda menghirup uap dari semangkuk air panas. Jauhkan uap diarahkan ke wajah Anda. Atau mandi panas, menghirup udara, hangat lembab. Hal ini akan membantu meringankan rasa sakit dan membantu menguras lendir.
  • Terapkan kompres hangat untuk wajah Anda. Tempat yang hangat, handuk basah di sekitar hidung, pipi dan mata untuk mengurangi nyeri wajah.
  • Bilas keluar lubang hidung Anda. Gunakan botol yang dirancang khusus meremas (Sinus Bilas, orang lain), lampu jarum suntik atau neti pot untuk membilas lubang hidung Anda. Rumah obat ini, disebut lavage nasal, dapat membantu membersihkan sinus Anda.
  • Tidur dengan kepala ditinggikan. Hal ini akan membantu mengeringkan sinus Anda.

Sumber:

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100413012133AAQ2MGb

Sinusitis dan Komplikasinya


Hati-hati lho, bila anak terkena pilek yang tak kunjung sembuh.
Segera periksakan ke dokter !

Apa, sih, sinusitis? Menurut Dr. Mohamad Djoko Waspodo, Sp.THT, dari RS International Bintaro, sinusitis merupakan penyakit infeksi yang mengenai sinus paranasal, yaitu rongga-rongga di sekitar hidung.

Sinusitis terjadi akibat komplikasi dari penyakit jalan nafas atas. Konon, penyakit ini merupakan penyakit yang paling banyak diderita masyarakat Indonesia. Yang dimaksud dengan jalan nafas atas adalah hidung, tenggorokan, dan telinga. Sedangkan yang dimaksud jalan nafas bawah adalah paru-paru.

Sinusitis melatarbelakangi penyakit-penyakit lain seperti congek, sesak nafas/bronkhitis kronis, serta infeksi lambung kronis/gastritis kronis.


MUDAH MENYERANG ANAK

Sinusitis mudah menyerang anak-anak yang daya tahan tubuhnya kurang baik atau anak dengan gejala alergi yang menonjol sehingga mudah terjangkit batuk-pilek. Umumnya setelah menderita influenza, anak akan terkena komplikasi sinusitis.

Sinusitis terjadi sebagai akibat dari kesembaban selaput lendir hidung karena adanya infeksi virus influenza. Sehingga menimbulkan gangguan drainase (proses pengeringan lendir) hidung dan sinus. "Lendir menjadi tertahan, tak terbuang dengan baik, sehingga menimbulkan terjadinya infeksi bakteri yang bisa berlanjut menjadi sinusitis."

Infeksi yang terjadi di daerah sinus/rongga sekitar hidung ini akan menimbulkan gejala penyakit di sekitar hidung pula. Di sekitar hidung sendiri terdapat 4 pasang sinus paranasal. Yaitu, sinus maksila yang berada di pipi, sinus frontal di dahi, sinus etmoid di dekat mata, dan di belakang sinus etmoid terdapat sinus sfenoid.

Gejala sinusitis ditandai oleh rasa sakit di daerah dahi atau sebelah kepala. Juga terasa sakit di belakang kepala bila tengah berkonsentrasi. Selain itu akan keluar banyak dahak, terutama di pagi hari sewaktu menyikat gigi.


KRONIS SETELAH 3 BULAN

Jika tidak mendapatkan penanganan yang baik, setelah berlangsung 3 bulan, penyakit ini menjadi kronis. "Disebut kronis apabila timbul jaringan/polip pada sinus. Dengan timbul polip, hidung akan menjadi tersumbat dan muncul gangguan drainase. Akibatnya, pilek tak kunjung sembuh. Lendirnya turun ke tenggorokan dengan warna seperti susu." Tak heran jika kemudian si penderita sering mengeluarkan dahak. "Sementara dahak ini mengandung infeksi. Jadi, jelas berbahaya."

Komplikasi akibat sinusitis, terutama radang telinga tengah kronis yang dikenal dengan congek/kopok. "Hal ini terjadi akibat lendir masuk ke telinga, sehingga menjadi radang telinga tengah," terang Djoko. Gejala awalnya biasanya ditandai dengan menaiknya suhu badan anak dan memerahnya gendang telinga pendengarannya.

Congek yang tak kunjung sembuh bisa mengakibatkan tuli konduktif. Komplikasi ini terutama terjadi pada anak-anak karena jarak antara telinga dengan hidung pada anak relatif lebih pendek, sementara saluran yang menghubungkannya pun relatif lebih besar. Dengan demikian memudahkan penjalaran infeksi dari hidung ke telinga.

Komplikasi yang lebih fatal adalah terjadinya komplikasi ke selaput otak yang dikenal dengan radang selaput otak (meningitis). "Jika sudah ke taraf ini bisa membawa kematian." Gejalanya antara lain, muntah dan kejang-kejang.

Komplikasi lainnya adalah terjadinya radang saluran bronkhus kronis. Radang ini terjadi karena dahak masuk ke paru-paru, sehingga membuat si anak sesak nafas dan pusing. Hal ini bisa terjadi karena kelenjar adenoid/amandel, yaitu kelenjar getah bening yang terdapat di belakang hidung pada anak masih besar.

"Biasanya makin besar si anak maka kelenjar adenoidnya makin mengecil," jelas Djoko. Bila adenoid membesar, secara otomatis pembuangan lendir dari sinus akan terganggu.

Komplikasi bronkhus ini sering terjadi. Dikenal dengan istilah sino-bronkhitis, yaitu suatu penyakit radang sinus kronis yang mengakibatkan terjadinya bronkhitis kronis. Di mana radang bronkhus yang tak mau sembuh akibat tertular dengan sekret dari sinus.


PENCEGAHAN

Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mencegah sinusitis? "Jangan biarkan anak terserang flu." Bila terkena flu, segera diberikan pengobatan yang layak.

"Pada penderita flu, biasanya mendapat antibiotika dari dokter. Nah, yang sering terjadi kemudian, infeksi belum tuntas, obat sudah dihentikan. Hal ini bisa menyebabkan infeksi sinus menjadi kronis dan mudah menjadi kambuh apabila suatu ketika penderita tersebut terkena infeksi virus influenza."

Karena itu pemberian obat harus adekuat, cukup lama, dan dengan dosis tepat. Jika tidak, penyakit ini tak jua sembuh dalam waktu lama walaupun sudah memperoleh antibiotika yang adekuat. "Hal ini karena timbul jaringan polypoid yang menghalangi drainase atau menyumbat drainase sinus sehingga memudahkan terjangkitnya kembali sinusitis yang pernah menginfeksi sinusnya," jelas Djoko.

Harus diingat pula, untuk menghindarkan sinusitis berarti kita harus menghindari proses infeksi atau radang pada saluran pembuangan lendir. Radang itu bermula dari adanya sumbatan oleh sekat hidung bengkok dan alergi terhadap suatu zat alergen, misalnya alergi debu rumah yang mengandung sisa-sisa tungau atau udara yang dingin.

"Zat-zat alergen mengakibatkan pembengkakan mukosa hidung. Dan kemudian produksi lendir yang kental mengakibatkan terjadinya sumbatan, yang mengganggu drainase dan menjadi infeksi," ujar Djoko.

Sumbatan juga diakibatkan oleh pembesaran adenoid. Kadang-kadang adenoid ini tetap membesar. Inilah yang menimbulkan gangguan. "Sehingga untuk menghindarkan terjadinya sinusitis usahakan supaya keadaan itu tidak terjadi. Bila amandel itu terkena infeksi dan menjadi panas, artinya sering kambuh selama lima kali setahun sebaiknya amandelnya dibuang saja," kata Djoko.


PENGOBATAN

Sinus bisa ditanggulangi dengan cara operasi. Terlebih lagi dengan munculnya teknik-teknik operasi baru yang mempergunakan peralatan canggih seperti endoscope dan microscope dengan hasil yang lebih baik.

Yang perlu diingat, terang Djoko, "Operasi sinus tak perlu ditakutkan karena tak menimbulkan rasa sakit seperti operasi sinus sebelum era endoscopy." Selain itu, dalam operasi ini juga akan dilakukan bius total maupun lokal.

Endoscopy adalah suatu alat kecil panjang menggunakan lensa, semacam kamera yang dilengkapi dengan lampu untuk melihat, seperti penglihatan miksroskopik. Alat tersebut bisa didekatkan pada objek yang akan dioperasi dan bisa melihat sesuatu yang terhalang benda lain. "Alat tersebut dimasukkan ke dalam hidung, saluran yang sempit dan mempersiapkan pandangan yang cukup untuk bisa mengoreksi atau mengoperasi sehingga bisa memperbaiki penyumbatan, membuka atau menambal, serta menyumbat kembali dan mengatasi perdarahan yang terjadi."

Operasi dilakukan dengan metode FESS (Functional Endoscopic Sinus Surgery) yang sama sekali tak menyakitkan. "Diagnosa dilakukan melalui foto rontgen dan juga dilakukan pemeriksaan kondisi kesehatan lewat pemeriksaan darah, urine, dan dilakukan check up foto dada dan rekam jantung."

Pada waktu dilakukan bius total, penderita juga disuntik bius lokal sehingga saat tersadar tak akan merasa sakit. Penyumbatan hidung dilakukan hanya pada saluran pembuangan lendir sinus, dengan tali pada sumbatannya untuk memudahkan pencabutan.

Penderita pun tetap leluasa bernafas menggunakan hidung dan tak perlu disedot karena penderita bisa membuang ingus sendiri bila merasa tersumbat. Pada waktu mencabut tampon, sebelumnya juga akan diberikan suntikan melalui alat yang dipasang pada waktu penderita pertama kali mau dilakukan bius total. "Dengan demikian penderita tak merasakan sakit akibat jarum suntikan. Suntikan yang diberikan sebelum mencabut tampon adalah obat anti perdarahan dan obat anti sakit."

Dengan dilakukan prosedur operasi seperti ini maka sakit kepala, sakit belakang kepala, sakit tenggorok, dan gangguan karena sinusitis akan segera tuntas.

Selain itu, operasi pada anak tak bisa terlalu radikal. Dalam arti banyak mengambil jaringannya. Karena mereka dalam taraf pertumbuhan. "Jadi, ada syarat-syarat tertentu. Agar anak bisa tumbuh dan pembuangan lendir itu tetap terjaga kondisinya," jelas Djoko.

Penting diketahui, pengobatan semacam gurah sangat tidak dianjurkan. "Karena prosesnya dengan memasukkan suatu zat ke dalam hidung. Itu, kan, bisa merusak silia dan bagian-bagian lainnya. Jadi, pengobatannya tak bisa sembarangan."


Sumber:

http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/msg07456.html

Rabu, 07 April 2010

DEVIASI SEPTUM NASAL (Pergeseran Dinding Hidung)

Oleh: Taufik Abidin

Pendahuluan

Trauma hidung banyak terjadi akibat kecelakaan yang bersifat tumpul, sehingga beresiko mengakibatkan berbagai macam komplikasi misalnya infeksi, obstruksi hidung, jaringan parut dan fibrosis, deformitas sekunder, sinekia, hidung pelana, obstruksi duktus nasoolakrimalis, dan perforasi hidung. Berdasarkan waktu, trauma hidung terbagi atas trauma baru, dimana kalus belum terbentuk sempurna; dan trauma lama, bila kalus sudah mengeras. Berdasarkan hubungan dengan telinga luar, ada yang disebut trauma terbuka dan trauma tertutup. Arah trauma menentukan kerusakan yang terjadi, misalnya bila trauma datang dari lateral, akan terjadi fraktur tulang hidung ipsilateral jika ringan, sedangkan trauma yang berat akan menyebabkan deviasi septum nasi dan fraktur tulang hidung kontralateral.

Septum hidung merupakan bagian dari hidung yang membatasi rongga hidung kanan dan kiri. Septum nasi berfungsi sebagai penopang batang hidung (dorsum nasi). Septum nasi dibagi atas dua daerah anatomi antara lain bagian anterior, yang tersusun dari tulang rawan quadrangularis; dan bagian posterior, yang tersusun dari lamina perpendikularis os ethmoidalis dan vomer.

Dalam keadaan normal, septum nasi berada lurus di tengah tetapi pada orang dewasa biasanya septum nasi tidak lurus sempurna di garis tengah. Deviasi septum dapat menyebabkan obstruksi hidung jika deviasi yang terjadi berat. Kecelakaan pada wajah merupakan faktor penyebab deviasi septum terbesar pada orang dewasa.

Gejala yang paling sering timbul dari deviasi septum ialah kesulitan bernapas melalui hidung. Kesulitan bernapas biasanya pada satu hidung, kadang juga pada hidung yang berlawanan. Pada beberapa kasus, deviasi septum juga dapat mengakibatkan drainase sekret sinus terhambat sehingga dapat menyebabkan sinusitis.

Pada kasus di bawah ini, deviasi septum yang terjadi akibat trauma tumpul dan gejala yang dialami pasien masih ringan sehingga pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik.

Definisi

Deviasi septum ialah suatu keadaan dimana terjadi peralihan posisi dari septum nasi dari letaknya yang berada di garis medial tubuh.

Deviasi septum dibagi atas beberapa klasifikasi berdasarkan letak deviasi, yaitu:
  1. Tipe I; benjolan unilateral yang belum mengganggu aliran udara.
  2. Tipe II; benjolan unilateral yang sudah mengganggu aliran udara, namun masih belum menunjukkan gejala klinis yang bermakna.
  3. Tipe III; deviasi pada konka media (area osteomeatal dan turbinasi tengah).
  4. Tipe IV, “S” septum (posterior ke sisi lain, dan anterior ke sisi lainnya).
  5. Tipe V; tonjolan besar unilateral pada dasar septum, sementara di sisi lain masih normal.
  6. Tipe VI; tipe V ditambah sulkus unilateral dari kaudal-ventral, sehingga menunjukkan rongga yang asimetri.
  7. Tipe VII; kombinasi lebih dari satu tipe, yaitu tipe I-tipe VI.

Bentuk-bentuk dari deformitas hidung ialah deviasi, biasanya berbentuk C atau S; dislokasi, bagian bawah kartilago septum ke luar dari krista maksila dan masuk ke dalam rongga hidung; penonjolan tulang atau tulang rawan septum, bila memanjang dari depan ke belakang disebut krista, dan bila sangat runcing dan pipih disebut spina; sinekia, bila deviasi atau krista septum bertemu dan melekat dengan konka dihadapannya.

Etiologi
Penyebab deviasi septum nasi antara lain trauma langsung, Birth Moulding Theory (posisi yang abnormal ketika dalam rahim), kelainan kongenital, trauma sesudah lahir, trauma waktu lahir, dan perbedaan pertumbuhan antara septum dan palatum.

Faktor resiko deviasi septum lebih besar ketika persalinan. Setelah lahir, resiko terbesar ialah dari olahraga, misalnya olahraga kontak langsung (tinju, karate, judo) dan tidak menggunakan helm atau sabuk pengaman ketika berkendara.
Diagnosis
Deviasi septum biasanya sudah dapat dilihat melalui inspeksi langsung pada batang hidungnya. Namun, diperlukan juga pemeriksaan radiologi untuk memastikan diagnosisnya. Dari pemeriksaan rinoskopi anterior, dapat dilihat penonjolan septum ke arah deviasi jika terdapat deviasi berat, tapi pada deviasi ringan, hasil pemeriksaan bisa normal.

Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi itu cukup berat, menyebabkan penyempitan pada satu sisi hidung. Dengan demikian, dapat mengganggu fungsi hidung dan menyebabkan komplikasi.

Gejala yang sering timbul biasanya adalah sumbatan hidung yang unilateral atau juga bilateral. Keluhan lain ialah rasa nyeri di kepala dan di sekitar mata. Selain itu, penciuman juga bisa terganggu apabila terdapat deviasi pada bagian atas septum.

Penatalaksanaan

  • Analgesik. Digunakan untuk mengurangi rasa sakit.
  • Dekongestan, digunakan untuk mengurangi sekresi cairan hidung.
  • Pembedahan.
    • Septoplasti.
    • SMR (Sub-Mucous Resection).
Komplikasi

Deviasi septum dapat menyumbat ostium sinus, sehingga merupakan faktor predisposisi terjadinya sinusitis. Selain itu, deviasi septum juga menyebabkan ruang hidung sempit, yang dapat membentuk polip.


Sumber:

http://tht-fkunram.blogspot.com/2009/02/deviasi-septum-nasal-pergeseran-dinding.html

Septum Deviasi




Oleh : Muhammad al-Fatih II

Deviasi septum nasi adalah kelainan bentuk septum nasi akibat trauma dan pertumbuhan tulang rawan yang tidak seimbang. Bentuk septum nasi yang normal adalah lurus dan berada di tengah rongga hidung kecuali septum nasi orang dewasa yang tidak lurus sempurna.

Trauma merupakan penyebab terbanyak deviasi septum nasi. Trauma bisa saja kita alami sesudah lahir, selama partus dan masa janin intrauterin. Ketidakseimbangan pertumbuhan tulang rawan septum nasi yang terus tumbuh dapat pula menyebabkan deviasi septum nasi dimana pada saat bersamaan batas atas dan batas bawah septum nasi telah menetap.

Deviasi septum nasi yang ringan tidak menimbulkan gangguan. Gangguan dapat terjadi pada deviasi septum nasi yang cukup berat. Fungsi hidung akan terganggu dan lama-kelamaan bisa menyebabkan komplikasi.

Ada 4 bentuk deformitas septum nasi, yaitu :

a. Deviasi. Deviasi septum nasi berbentuk huruf C dan S.
b. Dislokasi. Bagian bawah tulang rawan septum nasi keluar dari krista maksila dan masuk ke dalam rongga hidung.
c. Penonjolan. Penonjolan tulang dan kartilago septum nasi berbentuk krista dan spina. Bentuk krista berupa penonjolan yang memanjang dari depan ke belakang. Bentuk spina berupa penonjolan yang runcing dan pipih.
d. Sinekia. Sinekia merupakan pertemuan dan perlekatan antara deviasi atau krista septum nasi dengan konka nasi yang berada di hadapannya sehingga makin memperberat obstruksi nasi.
Terapi deviasi septum nasi kita sesuaikan dengan keadaan pasien. Apakah deviasi tersebut menimbulkan keluhan yang nyata buat pasien ? Jika tidak ada gejala atau keluhan pasien sangat ringan, kita tidak perlu melakukan koreksi septum nasi. Jika ada keluhan yang nyata maka tindakan koreksi septum nasi perlu kita lakukan.


Tindakan operatif deviasi septum nasi, yaitu :

Reseksi submukosa septum nasi (Submucous Septum Resection/SMR).
Septoplasti atau reposisi septum nasi.


Sumber:

http://hennykartika.wordpress.com/category/hidung/page/2/

Epitaksis / Perdarahan Hidung

Defenisi

Perdarahan dari hidung. Sering ditemukan sehari-hari, hampir sebagian besar dapat berhenti sendiri. Harus diingat epitaksis bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu kelainan.

Etiologi
Seringkali epitaksis timbul spontan tanpa dapat ditelusuri penyebabnya, tetapi terkadang epitaksis ditimbulkan oleh trauma. Berbagai penyebab epitaksis dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu lokal dan sistemik. Penyebab lokal yang tersering adalah Trauma, infeksi, neoplasma dan kelainan kongenital. Penyebab lainnya adalah kelainan sitemik, seperti penyakit jantung, kelainan darah, infeksi, perubahan tekanan atmosfer dan gangguan endokrin.
Trauma

Perdarahan hidung dapat terjadi setelah trauma ringan, misalnya mengeluarkan ingus secara tiba-tiba dan kuat, mengorek hidung, dan trauma yang hebat seperti terpukul, jatuh atau kecelakaan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh iritasi gas yang merangsang, benda asing di hidung dan trauma pada pembedahan.
Infeksi

Infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rhinitis atau sinusitis juga dapat menyebabkan perdarahan hidung.
Neoplasma

Hemangioma dan karsinoma adalah yang paling sering menimbulkan gejala epitaksis.
Kongenital

Penyakit turunan yang dapat menyebabkan epitaksis adalah telengiaktasis hemoragik herediter
Penyakit kardiovaskular

Hipertensi dan kelainan pada pembuluh darah di hidung seperti arteriosklerosis, sirosis, sifilis dan penyakit gula dapat menyebabkan terjadinya epitaksis karena pecahnya pembuluh darah.
Kelainan Darah

Trombositopenia, hemophilia, dan leukemia
Infeksi sistemik

Demam berdarah, Demam tifoid, influenza dan sakit morbili
Perubahan tekanan atmosfer

Caisson disease (pada penyelam)

Gejala dan Tanda
Perdarahan dari hidung, gejala yang lain sesuai dengan etiologi yang bersangkutan.
Epitaksis berat, walaupun jarang merupakan kegawatdaruratan yang dapat mengancam keselamatan jiwa pasien, bahkan dapat berakibat fatal jika tidak cepat ditolong. Sumber perdarahan dapat berasal dari depan hidung maupun belakang hidung. Epitaksis anterior (depan) dapat berasal dari pleksus kiesselbach atau dari a. etmoid anterior. Pleksus kieselbach ini sering menjadi sumber epitaksis terutama pada anak-anak dan biasanya dapat sembuh sendiri.

Epitaksis posterior (belakang) dapat berasal dari a. sfenopalatina dan a etmoid posterior. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit jantung.

Beberapa pemeriksaan yang diperlukan adalah Pemeriksaan darah Lengkap dan Fungsi Hemostasis

Penatalaksanaan
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epitaksis adalah
Menghentikan perdarahan
Mencegah komplikasi yang timbul akibat perdarahan seperti syok atau infeksi
Mencegah berulangnya epitaksis

Jika pasien dalam keadaan gawat seperti syok atau anemia lebih baik diperbaiki dulu keadaan umum pasien baru menanggulangi perdarahan dari hidung itu sendiri.

Menghentikan perdarahan
Menghentikan perdarahan secara aktif dengan menggunakan kaustik atau tampon jauh lebih efektif daripada dengan pemberian obat-obat hemostatik dan menunggu darah berhenti dengan sendirinya. Jika pasien datang dengan perdarahan maka pasien sebaiknay diperiksa dalam keadaan duduk, jika terlalu lemah pasien dibaringkan dengan meletakan bantal di belakang punggung pasien.

Sumber perdarahan dicari dengna bantuan alat penghisap untuk membersihkan hidung dari bekuan darah , kemudian dengan menggunakan tampon kapas yang dibasahi dengan adrenalin 1/ 10000 atau lidokain 2 % dimasukan ke dalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan atau mengurangi nyeri, dapat dibiarkan selama 3 -5 menit
Perdarahan Anterior

Dapat menggunakan alat kaustik nitras argenti 20-30% atau asam triklorasetat 10% atau dengan elektrokauter. Bila perdarahan masih berlangsung maka dapat digunakan tampon anterior (kapas dibentuk dan dibasahi dengan adrenalin +Vaseline) tampon ini dapat digunakan sampai 1-2 hari.
Perdarahan Posterior

Perdarahan biasanya lebih hebat dan lebih sukar dicari, dapat dilihat dengan menggunakan pemeriksaan rhinoskopi posterior. Untuk mengurangi perdarahan dapat digunakan tampon Beelloqk

Mencegah komplikasi, sebagai akibat dari perdarahan yang berlebihan, dapat terjadi syok atau anemia, turunya tekanan darah yang mendadak dapat menimbulkan infark serebri, insufisiensi koroner, atau infark miokard, sehingga dapat menyebabkan kematian. Dalam hal ini harus segera diberi pemasangan infus untuk membantu cairan masuk lebih cepat. Pemberian antibiotika juga dapat membantu mencegah timbulnya sinusitis, otitis media akibat pemasangan tampon.


Sumber:

http://hennykartika.wordpress.com/category/hidung/

Kriteria Rinosinusitis Akut dan Kronik pada Anak dan Dewasa

Tabel 1. Kriteria Rinosinusitis Akut dan Kronik pada Anak dan Dewasa Menurut International Conference on Sinus Disease 1993 & 2004. Disarikan dari : Kennedy DW14 dan Meltzer15.


KRITERIA

RINOSINUSITIS AKUT

RINOSINUSITIS KRONIK



Dewasa

Anak

Dewasa

Anak

1.

Lama Gejala dan Tanda

<>

minggu

<>

> 12

minggu

> 12

minggu

2.

Jumlah episode serangan akut, masing-masing berlangsung minimal 10 hari

<>

<>

> 4 kali / tahun

> 6 kali / tahun

3.

Reversibilitas mukosa

Dapat sembuh sempurna dengan pengobatan medikamentosa

Tidak dapat sembuh sempurna dengan pengobatan medikamentosa




Sumber:

http://hennykartika.wordpress.com/category/hidung/

Rinitis Alergi

Oleh : Muhammad al-Fatih II

Rinitis alergi menurut WHO (2001) adalah kelainan pada hidung setelah mukosa hidung terpapar oleh alergen yang diperantarai oleh IgE dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal pada hidung dan hidung tersumbat.

Klasifikasi rinitis alergi, yaitu :

Rinitis alergi intermitten (kadang-kadang). Gejalanya 4 hari per minggu atau 4 minggu

sebaliknya yang persisten > 4 hari per minggu atau > 4 minggu

Rinitis alergi ringan. Tidak mengganggu aktivitas harian, tidur, bersantai, olahraga, belajar & bekerja.
Rinitis alergi sedang & berat. Mengganggu 1 atau lebih aktivitas tersebut.

Gejala klinik rinitis alergi, yaitu :

  • Bersin patologis. Bersin yang berulang lebih 5 kali setiap serangan bersin.
  • Rinore. Ingus yang keluar.
  • Gangguan hidung. Hidung gatal dan rasa tersumbat. Hidung rasa tersumbat merupakan gejala rinitis alergi yang paling sering kita temukan pada pasien anak-anak.
  • Gangguan mata. Mata gatal dan mengeluarkan air mata (lakrimasi).
  • Allergic shiner. Perasaan anak bahwa ada bayangan gelap di daerah bawah mata akibat stasis vena sekunder. Stasis vena ini disebabkan obstruksi hidung.
  • Allergic salute. Perilaku anak yang suka menggosok-gosok hidungnya akibat rasa gatal.
  • Allergic crease. Tanda garis melintang di dorsum nasi pada 1/3 bagian bawah akibat kebiasaan menggosok hidung.
  • Diagnosis rinitis alergi, yaitu :

    • Anamnesis.
    • Seringkali serangan rinitis alergi tidak terjadi di hadapan pemeriksa.

    • Rinoskopi anterior.
    • Terlihat mukosa hidung edema, basah & berwarna pucat (livid), dan banyak sekret encer.

    • Nasoendoskopi.
  • Sitologi hidung.
  • Kita dapat menemukan banyak eosinofil (menunjukkan alergi inhalan), basofil 5 sel/lap (menunjukkan alergi ingestan), dan sel PMN (menunjukkan infeksi bakteri).

  • Hitung eosinofi
  • l. Menggunakan darah tepi. Hasilnya bisa normal & meningkat.
    Jenis tes diantaranya prist-paper radio immunosorbent test untuk memeriksa IgE total; radio immunosorbent test (RAST) & enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) test keduanya untuk memeriksa IgE spesifik.
    Uji kulit.
    Untuk mencari alergen penyebab secara invivo
    Jenisnya skin end-point tetration/SET (uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri), prick test (uji cukit), scratch test (uji gores), challenge test (diet eliminasi dan provokasi) khusus untuk alergi makanan (ingestan alergen) dan provocative neutralization test atau intracuteneus provocative food test (IPFT) untuk alergi makanan (ingestan alergen).

    Terapi rinitis alergi, yaitu :

    Hindari kontak & eliminasi. Keduanya merupakan terapi paling ideal. Hindari kontak dengan alergen penyebab (avoidance). Eliminasi untuk alergen ingestan (alergi makanan).
    Simptomatik. Terapi medikamentosa yaitu antihistamin, dekongestan dan kortikosteroid.
    Operatif. Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.
    Imunoterapi. Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan.

    Komplikasi rinitis alergi,
    yaitu :

    • Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.
    • Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
    • Sinusitis paranasal.
    • Otitis media dan sinusitis paranasal bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.


    Sumber:

    http://hennykartika.wordpress.com/category/hidung/page/2/
    Related Posts with Thumbnails